Kemarin sabtu pagi 27Mei2006 sekitar jam 06.00WIB, saat aktifitas masyarakat mulai menggeliat selepas derita akibat simpang siur nya kapan Merapi akan meletuskan amarahnya, tiba-tiba Gempa tektonik berkekuatan 6.2 (atau 5.9) skala Richter memecah Bantul, Jogja, Klaten dan sekitar pantai selatan Jawa Tengah. Episentrum gempa diberitakan hanya berjarak 6km dari Bantul (atau 37km dari Yogya), atau tepatnya di near shore pantai Parangtritis yang terkenal itu. Hitungan korban jiwa serta merta menjadi angka statistik; 4,611 jiwa terlepas dari raganya sampai pagi ini (29Mei06) dengan data terbanyak dialami oleh Bantul, sekitar 2000an jiwa melayang, disusul Klaten yang sekitar 1000an, padahal jaraknya lumayan jauh dari episentrum. Anehnya, angka kematian ini juga dipicu oleh banyaknya kecelakaan yang terjadi akibat adanya kepanikan akan bencana Tsunami seperti yang melanda Aceh dan Nias Desember akhir 2004 lalu. Betapa memilukannya suasana saat itu, gempa di selatan, gunung Merapi mau meletus di Utara. Orang-orang dari selatan yang panik karena issue Tsunami berlarian dari selatan menuju Utara yang juga sedang dilanda keresahan akibat ancaman Merapi yang murka. Bahkan, berita terakhir menyebutkan bahwa aktifitas Merapi malah meningkat dua kali lipat selepas bencana Gempa di Laut Selatan ini. Mungkin, malah gempa kemaren memicu makin besarnya aktifitas vulkanik sang Merapi.
Alam memang tak pernah kenal menyerah dalam memperingati manusia untuk kembali kepadanya. Betapa kezaliman yang diperbuat di muka bumi ini membuat alam turut murka dan marah, namun berulang kali pula manusia seakan tak sadar. Hanya menyisakan tangis dan regangan para korban. Pemerintah Indonesia? Presiden SBY langsung mengunjungi para korban, namun belum memutuskan apakah ini bencana nasional apa nggak. Padahal CNN, BBC dan beberapa Media Lokal dan Asing sudah menyiarkan betapa dahsyatnya bencana ini. Beberapa Negara asing sudah menyatakan komitmen mereka untuk menyalurkan bantuan. Pemerintah hanya berkutat dengan statistik, berapa korban yang tewas untuk kemudian ditukar dengan bantuan luar negeri. Dan mungkin, seperti nasib bantuan untuk Tsunami Aceh dan Nias, akan dikorupsi lagi.