Kemenangan adalah tamparan yang sesungguhnya. Kesakitan yang dihasilkannya tidaklah bersifat fisik, tapi jauh lebih menghentak ke dalam ke-diri-an kita. Karena dia butuh sebuah konsekuensi atas konsistensi di kemudian hari. Menjadi semisal pecut untuk memotivasi menjadi lebih baik. Hari ini kita menang, bukan karena kita secara obyektif menjadi yang terbaik diantara yang lain. Bukan! Tapi ini karena apresiasi subyektif yang kebetulan diberikan oleh beberapa orang berdasarkan sarana dan pola berpikir mereka semata. Tanpa bermaksud mengabaikan peran berharga mereka para penilai, semua orang akan tahu bahwa tidak ada yang obyektif di dunia ini, tentunya. Bahkan angka-angka yang berseliweran diantara data statistik adalah hasil penelusuran subyektif dan kolaboratif antara si responden dan pengambil data. Apalagi menilai sebuah tulisan atau foto yang sifatnya sangat abstrak untuk dinilai. Atas dasar apakah penilaian itu berpijak? Subyektif.
Jadi menang bukanlah alat bantu untuk menunjukkan kesombongan yang makin menjadi-jadi. Dia hanyalah sebuah pengingat untuk lebih berhati-hati. Karena perjalanan waktu tidak akan pernah sampai disitu saja. Akan ada saat dimana kemenangan menjadi sesuatu yang membebani, bahkan menghancurkan sekiranya konstelasi kinerja dan prestasi di kemudian hari tidak mendukung fakta sebelumnya. Malu!
Walaupun demikian, tidak ada larangan untuk berbangga, betapa ada hasil dari upaya yang walau tak semaksimal yang diharapkan, bisa juga diapresiasi dengan baik oleh yang lain. Dan adalah suatu kewajiban saya, bukan untuk sekedar menghindari dosa egoisme dan kekurang-tahu-diri-an, saya mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya, terkhusus para penunjuk jalan, pemberi saran, pembawa lampu, penggerutu, pem-basa-basi, dan pembaca yang tak sempat menorehkan komentar apapun. Untuk Universitas Citizen Jurnalisme – Panyingkul yang milis nya berisikan tulisan, pesan, kesan dan petuah dari orang-orang yang baik, cerdas dan ikhlas berbagi ilmu, terima kasih atas alat-alat bantu menulis nya. Juga atas kesempatan untuk coddo dan koddala serta memuat tulisan yang tak berbobot itu ke web Panyingkul-nya. Juga untuk rekan-rekan heboh di Perkumpulan Blogger Makassar – Angingmammiri. Kehebohan nya memberi banyak inspirasi. Juga buat milis Buginese, yang senantias menjadi semacam sawah untuk lebih mengingat akar saya. Terima kasih. Karena Anda kita semua bisa berkarya. Ilmu yang terbaik adalah ilmu hasil sharing.
Apa konteks dari postingan ini? Hahahaha…
Ini hanya sebuah ungkapan introspeksi diri atas penghargaan dari Keluarga Besar Blogger Indonesia – Blogfam yang memberikan apresiasi ‘kemenangan’ atas lomba-lomba yang saya ikuti dalam rangka HUT Kemerdekaan RI. Dalam lomba itu, sebenarnya saya hanya meng-share dan mengkomunikasikan satu hal: Keprihatinan atas Paradoks Kemerdekaan. Mungkin karena kesedihan menjadi komoditas yang layak jual, marketable, jadi bisa menang, who knows? tapi diatas semua itu, saya tetap wajib berterimakasih sejauh mata memandang, seluas samudra menghampar, setinggi angkasa yang tak terjangkau atas penghargaan yang membuncahkan kepala dan dada ini.
Terima kasih. Berikut postingan berita nya yang saya copy paste dari link Lomba Blogfam HUT RI ke-62.
Pengumuman Pemenang Lomba HUT RI ke 62 – 2007
Lomba Entry
Juara 1 : Daeng Rusle – Kami (masih) terjajah lalat, tikus dan lapak!
Juara 2 : Raida – Sang Jawara
Juara 3 : Nunik Utami – Gara-gara Karnaval
Juara Favorit : Pritha Khalida – Kisah Ibu Pengupas Kentang dan Anak Comberan – 18 suara dari total 47 suara yang masuk
Lomba Foto
Juara 1 : Daeng Rusle – Ayo kawan, habiskan!
Juara 2 : Rekian Nur Kristiana – Aaam-Lomba Makan Krupuk
Juara 3 : In-art – Ujung Tiang Tertinggi
Juara Favorit : In-art – Ujung Tiang Tertinggi – 23 suara dari total 75 suara yang masuk
Lomba Ungkapan Hati Gombal
Juara Favorit 1 : Syafrina Siregar – Sayang – 25 suara dari total 83 suara
Juara Favorit 2 : Yaya – Perempuan Yang Cinta – 20 suara dari total 83 suara
Juara Favorit 3 : Daeng Rusle – Parsiti Ingatkan Aku – 8 suara dari total 83 suara