Postingan ini dipersiapkan untuk mengikuti lomba Gombal – HUT RI di Blogfam.
Alhamdulillah, Postingan/Gombal ini terpilih sebagai Pemenang Favorit Ke-3 Lomba Gombal dalam Rangka HUT RI ke-62 dari Blogfam. Terima kasih, Kuru Sumange! Baca Berita nya di link ini. Pengumuman Lomba HUT RI-62.
Sayang sekali saya tidak mampu menggombal serius dan sesuai peruntukannya, saya hanya bisa menggombal dengan nuansa memprihatinkan.
======
Parsiti, ingatkan Aku! (atawa Surat Cinta untuk Parsiti)
Lima hari lalu, saat menonton TV sambil menikmati kopi panas dan biskuit manis, tiba-tiba aku jatuh cinta padamu, Parsiti. Kusaksikan betapa indah tubuhmu bergayutan di ketinggian ratusan meter dari pijakan tanah. Urat ototmu tersembul bagai atlet yang gemar mempertontokan otot yang segar. Bibirmu yang merah merekah memancarkan aura pesona bagi setiap pejantan sepertiku. Berbekal kain hasil kreasi mahajenius yang kau untai menjadi temali kuat seakan melengkapi kekagumanku, terkesima melihat heroisme dirimu yang mengingatkanku pada wira wanita dari Makassar, Emmy Saelan di jaman perang kolonial dulu. Parsiti, aku jatuh cinta padamu.
Parsiti, aku setia mengikuti setiap sekual cerita tentangmu di televisi, internet dan koran. Seperti sedang kasmaran, kubaca dengan antusias kisahmu yang menghentak kelakianku. Kutahu dari berita pula, bahwa kini kau mendekam di bilik askar tentera jiran, mengkonfrontir pengakuan majikanmu yang mengelak atas tuduhan yang kau lontarkan dari bibirmu yang merekah, dan matamu yang sembab. Tentu saja, maling budiman pun tak kan mengaku, apalagi jahanam yang menghadiahimu lima bulan siksaan tak terkatakan. Parsiti, aku mencintaimu sepenuh hati sedalam jiwa.
Ketika tertidur di malam yang indah di atas kasur yang empuk Parsiti, aku berkhayal indah tentangmu. Pendulum waktu yang kukendarai membawaku ke sebuah rumah yang teduh. Hanya ada kita berdua. Ketika di hari yang merdeka ini aku berpesan kepadamu…
Parsiti, ingatkan aku bahwa hari ini berarti merdeka dari penjajahan. Ceritakanlah aku tentang para pejuang yang rela menebus nyawa dengan selembar bendera yang dikerek ke atas tiang tinggi. Dan darah dan airmata yang tak terhitung menetes di persada, sebanyak tetesan minyak dan gas yang mereka ambil atas nama kapitalisasi.
Parsiti, sadarkan aku saat pagi menjelang. Jam sepuluh tepat aku hendak berbaris di lapangan sana. Tegap menghormat pada kibaran dua warna sewarna darah dan tulang kita. Saat mentari naik ke penggalah, ingatkan aku untuk membawa rasa wira yang membuncah seperti dirimu seawal meninggalkan kampung di wonosobo.
Parsiti, saat pulang ku nanti, mintalah aku untuk bercerita apa pesan upacara yang tentunya adalah kenangan ke masa dulu dan harapan ke masa depan. ketika jiwa yang merdeka membaca dan berseru di langit yang bebas, sebebas burung yang tak bersangkar.
Parsiti, tapi tiba-tiba kuterbangun dari mimpi indah itu dan kusadar bahwa dirimu sedang tak berdaya di negeri sana, negeri yang jauh. Tanpa sanak. Hanya berteman petugas yang menyertai dari pemerintah. Dalam hati aku bertanya dengan lembut, cukupkah itu, Parsiti? Tidakkah kau inginkan beribu doa dari sini, dari pencintamu? Atau perlukah daku memohon maaf atas ketakberdayaan kami disini tuk menyertai mu di negeri sana. Negeri dimana jiwamu menjadi negeri yang terjajah.
Daeng Rusle,
memang sungguh memilukan nasib bangsa kita. Dalam alam kemerdekaan seperti ini, sebagian besar saudara-saudara kita masih terjajah oleh majikan di Malaysia, Arab Saudi, Singapura, dan berbagai belahan dunia lainnya. Kita memang merdeka secara politik, tetapi masih berlutut dalam penjajahan kemiskinan.
Kita juga bangsa yang kurang senditif dan hampir tidak memiliki harga diri. Buktinya, setiap hari warga kita ‘dilindas’ secara semena-mena, tetapi para ‘punggawa’ negara kita masih biasa-biasa saja.
waahh…noertika blognya kren bgt!
apalagi puisinya..keren..
anda penulis ya?
@macangadungan:
Saya hanya buruh di perusahaan biasa aja..
Bukan penulis profesional kok, cuman memang lagi tertarik nulis2…
tp emang lagi belajar untuk menulis…:)
[…] Juara Favorit 2 : Yaya – Perempuan Yang Cinta – 20 suara dari total 83 suara Juara Favorit 3 : Daeng Rusle – Parsiti Ingatkan Aku – 8 suara dari total 83 […]
Selamat yaa Daeng Ruslee… traktir dong!! Hehehe
Tulisannya bagus, sangat layak untuk jadi juara…
[…] Juara Favorit 2 : Yaya – Perempuan Yang Cinta – 20 suara dari total 83 suara Juara Favorit 3 : Daeng Rusle – Parsiti Ingatkan Aku – 8 suara dari total 83 […]
Hlo daeng.salam kenal&sejahtera selalu.tulisannya sederhana tapi ada pesan&misinya.salut mi saya daeng.salam semua&trims.
Hlo daeng,apa karebata?salam kenal&sejahtera selalu.tulisannya sederhana tetapi punya pesan.salut saya daeng.saya tunggu tulisan daeng yg baru.trims daeng.
saya ni berasal dari Johor Malaysia, saya mahu mencari saudara mara saya di sulawesi, kerana aruah bapa saya lahir di celebes (sekarang Sulawesi) mengikut kata bapa saya nama datuk saya Daeng Maluru bin Daeng Palawa bin Daeng Perani, harapan saya daeng rusli boleh tolong carikan, jasa baik daeng rusli saya ucapkan terima kasih. Emak saya pun keturunan bugis (dari pontianak, kalimantan) tapi campur dengan bangsa arab (syed dan syarifah).
sekian, terima kasih
Yth. rohaya binti laichah, saya ojie putra ingin menyampaikan partisipasi saya sebagai hamba allah,
saya berasal dari sulawesi selatan ( Makassar ) ingin membantu saudari Rohaya binti laichah mencarikan datuk/ kake. Daeng Maluru bin daeng Palawa di sulawesi, cuma satu yang menjadi kesulitan adalah kabupaten mana, yang mengunakan kata daeng adaberapa wilaya seperti ( makassar, gowa, takalar, je’neponto, pangkep ) jadi perlu hibauan nama daerah/kabupaten bapak saudari.
kalo sudah jelas saya akan membantu saudari dengan sesui kemampuan saya. wassallam…
Sdr. Ojie saya pun tidak pasti dimana tapi ahli kelaurga sy ada bilang bapa saya keturunan bugis wajo..
wahh Q jd pgen jd penulist,, kerend