Feeds:
Posts
Comments

Archive for May, 2007

marinir

Abang mungkin tak kenal saya, atau baru tahu nama saya
saat membaca koran pagi ini
atau menonton berita semalam sehabis abang menonton sinetron Intan
kemaren, 30 mei di desa kami Alas Telogo Pasuruan
abang dan kawan-kawan memberondong kami dengan peluru
peluru dan senjata yang katanya dibeli dari duit kami juga
ya, sayalah yang abang tembak kemaren siang
saat saya sedang bercanda dengan anak kecilku
saat saya sedang riangnya di teras rumah

Abang, atas nama pembelaan
kenapa Abang tega melepaskan peluru
walau kata komandan Abang itu tembakan pantul
tapi kenapa serpih daging dan darah kami yang malah memantul?
walau kata komandan Abang itu pembelaan diri
tapi kenapa peluru yang membela Abang?
bukankah Abang terkenal hebat dalam bela diri
satu lawan satu pun, lelaki-lelaki kami tak sanggup menjatuhkan Abang

Abang, tak lihatkah Abang?
perutku berisikan janin 5 bulan
empat bulan lagi, seorang anak ceria bakal lahir di rumah kami
menyebarkan canda dan harapan…
tapi kenapa Abang merenggutnya?
dan ibu yang sedang memarut kelapa
dan anak kami yang sedang bermain
kenapa?
atas nama pembelaan diri?
atas nama tanah?

Kata Abang, ini karena tanah yang kami serobot
tapi kenapa nyawa kami sebagai hukumannya
bukankah kita mengenal musyawarah
dan bukan amarah..

atas nama Dewi Khotijah
30 May 2007, Alas Telogo Pasuruan

Read Full Post »

Hari ini 31 Mei 2007 adalah hari tanpa tembakau sedunia. Menurut saya agak salah ngkali ya, harusnya lebih menjurus langsung ke pokok persoalan. Hari Tanpa Merokok!

Dengan mengenyampingkan besarnya investasi yang menyertainya sehingga bisa menggerakkan roda ekonomi negara dan rakyatnya, Rokok merupakan pembunuh laten, bukan saja buat perokok itu sendiri, tapi juga orang-orang yang tak merokok tapi dipaksa menghirup asap rokok beracun itu.

Buat Anda para perokok dan pura-pura tak tahu azab dibalik rokok itu, dengan berlindung atas nama kenikmatan dan hak azasi untuk menikmati kenikmatan semu rokok itu, Anda telah berlaku sangat tidak toleran dan egois ketika men-share asap beracun itu ke orang lain, yang mungkin saja korbannya adalah istri/suami Anda sendiri, anak Anda, atau sahabat terkasih Anda.

day without tobacco

Read Full Post »

Menyambut Hari Dunia Menentang Pekerja Anak, 12 Juni 2007

anak

Sudah merupakan pemandangan sangat biasa ketika kita menjumpai keliaran anak-anak debu di mall-mall, perempatan jalan dan emperan ruko-ruko menenteng wajah kuyu dan tengadah haru mengharap sejumput peduli dari kita, yang dianggapnya sebagai representasi masyarakat yang tergolong berpunya. Tahukah kita bahwa di Indonesia, ada 4 juta lebih anak-anak bernasib sama bahkan lebih buruk? Keadaan Anak yang hidup dalam keadaan yang Kronis. Ada istilah nyaris mirip dari segi pengucapan tapi juga memberikan gambaran keterwakilan akan keadaan mereka sebenarnya, Anakronisme, yang berarti the representation of someone as existing or something as happening in other than chronological, proper, or historical order. Dalam pengertian bahasa, anakronisme mengandung makna suatu keadaan dimana adanya kejadian atau seseorang yang tidak sesuai penempatannya baik secara kronologis, kepatutan ataupun kelangsungan hidupnya (Answer and Webster Dictionary). Permisalan yang tepat untuk istilah ini dapat diproyeksikan pada fenomena Pekerja Anak. Anak yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain dan belajar, harus menghadapi realitas ekonomi yang kurang menguntungkan sehingga terpaksa atau dipaksa, membebani dirinya dengan kewajiban berproduksi untuk membantu ekonomi diri pribadi dan keluarga.

Benturan Kepentingan
Penempatan posisi peran anak beberapa fenomena yang masih terjadi di masyarakat Indonesia tentu bisa saja menimbulkan kontroversi berupa benturan kepentingan bagi dua kalangan; pengusaha dan masyarakat. Dampak ekonomis produktif bagi kalangan pengusaha yang sudah sejak lama menikmati hasil kerja optimal dengan bayaran yang minimal tentu cenderung merugikan. Bagi kalangan kapitalis ini, pekerja anak tentunya merupakan aset yang perlu dipertahankan, karena mendukung teori ekonomi tradisional, dengan modal minimal meraup keuntungan maksimal. (more…)

Read Full Post »

Mohon maaf kalo sekiranya saya kelihatan begitu ngotot memohon pak Amien untuk Go Head dalam kerangka pembeberan total dana DKP yang rupanya juga telah ditanggapi dengan cukup mengagetkan oleh SBY, ini bukan karena saya mendukung ‘kekeliruan’…tapi berusaha mendukung semua upaya menuju masyarakat bersih ini tanpa perlu merasa apatis dan curiga…mau AR, SBY, JK, Megawati, Gus Dur dan semuanya yang kebetulan berada di pamuncak jagad politik negatra tercinta ini mati kita hormati dan berikan dukungan yang realistis….bukan karena asumsi belaka….

sapa sih manusia yang gak ada salahnya? yang ada cuman nabi saja, manusia paripurna…kalo orang sekaliber pak AR pastilah masih jauh dari derajat kesempurnaan seorang nabi…

tapi tidak ada salahnya kita coba membaca apa kata bung Budiarto Shambazy di kolomnya di KOMPAS ttg AR dan pengakuannya….

….Pak Amien bukan pahlawan kesiangan. Lebih baik ada berani karena benar, bukan yang takut karena salah….(Budiarto Shambazy)

paling ndak untuk nambah pengetahuan…

kecuali kalo kita dah merasa jumawa full of knowledge sehingga tangki otak kita sudah penuh dengan pengetahuan yang hebat-hebat dan merasa tahu semuanya….naudzubillah…

=================

Amin untuk Pak Amien (1)
Sat May 26, 2007 9:14 pm (PST)
Oleh Budiarto Shambazy
———————————————-
Di atas sehelai kertas kecil, Pak Amien Rais sedang membuat corat-
coret. “Saya ngomong apa ya?” kata Pak Amien kepada kami separuh
bertanya, separuh basa-basi. (more…)

Read Full Post »

TaDI iseng2 buka webiste lama yang di homestead

dapat tulisan ini, dulu di buat di kantornya Alfian hamzah di http://www.indonesiamu.com, waktu jaman2 nya baru gawe di Tripatra, baru lulus MM….masih jomblo…masih bebas kemana-mana, masih kost, masih dan sampai sekarang NARSIS Mode On!

KISAHKU

Aku dilahirkan pada tanggal 3 Maret 1976 hari Rabu Pahing di desa Sempangnge, sebuah desa persimpangan yang menghubungkan 3 kabupaten di Sulawesi Selatan ; Kabupaten Wajo, Sidrap, dan Luwu. Desa ini juga merupakan tepian dari danau yang terkenal di sana ; Danau Tempe. Namun, sejak dilahirkan aku langsung diboyong oleh orang tuaku ke ibukota propinsi; Makassar. Disana aku menghabiskan sebahagian besar masa kanak-kanak dan remajaku, sejak SD sampai SMA. (more…)

Read Full Post »

Pada mulanya adalah 1 maret 1986, ketika berlangsung lomba Lukis anak-anak SD memperingati hari lahir salah satu koran tertua dan terbesar (kala itu) di Ujung Pandang “Pedoman Rakyat”. Saya yang masih kelas 4 SD belum pernah tahu kalau ada Koran bernama Pedoman.

Hadiah terbesar sepanjang masa kanak-kanak saya di tahun 1986, uang Rp 100,000, voucher buku Rp 100,000 di toko buku Pedoman Ilmu, beasiswa Rp 25,000/bulan selama setahun, dan tak ketinggalan 3 buah organ tiup untuk Sekolah saya yang di pinggiran Pannampu, diterima langsung oleh ibu Syamsiah, Kepsek SD Neg Inpres Pannampu 1. Saya ingat bahwa LE Manuhua sendiri yang memberikan hadiah itu untuk saya. Bapak saya, bersama ketua RT dari Pasar Pannampu, turut hadir meninggalkan kios nya sekdar menonton acara ini di Gedung PR, Arief Rate Makassar. Bangga rasanya, apalagi saya juga kebagian kaos bertuliskan Pedoman Rakyat, 30 tahun mengabdi.

20 tahun berselang, saya tak mampu menemukan koran legendaris ini di kios-kios Koran di kota Makassar, kecuali satu di lapak Pasar Pannampu, jadi pembungkus kacang. Itupun edisi entah kapan.
20 tahun berselang, kata temanku penjual koran, Pedoman tak dijual eceran, kalaupun diecer gak laku. Pedoman hanya beredar di pelanggan2 setia yang umumnya ambteenar senior jaman baheula.
20 tahun berselang, saya coba googling mencari web site Pedoman Rakyat, yang ada hanya sekumpulan artikel menuliskan sosok LE Manuhua dalam obituari.
mencari pedoman rakyat ibarat mencari kutu dalam haLaman sejarah indonesia
kalaupun ketemu, adanya di tumpukan usang

Read Full Post »

buat Tuan Guru

Pasir ridge, May 21 2007

Tuan guru PatanYali

izinkan hamba menghatur duli ke tuan guru
simpuh, on my knees
yang berjejak kaki di tanah balkan
pun walau pena mengukir jauh
menghantar untai kata dari benak yang tercerahkan
mengarung lembut ke tepi mahakam hamba nan jumawa

lama terpekur hamba berpikir
gerangan sosok penyebar hikmah
bak angin puting beliung
menghantam tujuh penjuru
namun sejuk hangat

everyone is a teacher,
everything is a book,
everywhere is a school…
bagai deja vu dalam kepak
mengibas kata memeluk makna

indah nian menjadi murid
buat semua adalah guru
thagut enyah dari aku diri
menolak ajar, menampik ilmu
beta murid, aliran ilmu bak air bah

kemaren petang hamba puas menghirup harum kopitalisme kental
betapa diri gentar bergetar bak bersua Marx brewok yang budiman
walau bahkan tawaf seribu rotasi tak mampu kutelan renyah pikirmu
harini beta berguru pada bogeyman
pengembara berpelesir bak kutukata di rambut gimbal rastaman
besok lusa kuniatkan mendengar titah galileo lagaligo
darah manurung yang menerawangkan mata bak teleskop karaeng Pattingalloang
sekedar coba mencicip semerbak patanYali faktor

hamba coba semua
demi diri di nadir ilmu

Read Full Post »

amienMaafkan, tapi saya tak bisa menyembunyikan kekaguman teramat besar akan sosok pak Amien Rais. Politisi, yang jauh dari pattern, dan lebih cocok menjadi akademisi ini kembali membuat saya terkesima. Saat yang lain lebih suka menyembunyikan diri, jaga image dan sok bersih, pak Amien tanpa merasa risih pada tgl 15 Mei 2007, dihadapan para wartawan mengakui menerima dana kampanye dari Rokhmin Dahuri, menteri Dept Kelautan dan Perikanan (DKP) waktu itu sebesar 200juta + 200 juta (400 juta ya). Bahkan siap untuk dijadikan tersangka apabila memang melawan ketentuan hukum kala itu. Toh ketentuan Kampanye dari KPU waktu itu mengizinkan sumbangan institusi untuk Calon Presiden maksimum Rp 750juta. (Gambar diambil dari Blog Yuli Ahmada)

Sejak beliau mencanangkan diri untuk menjadi Calon Presiden vis a vis Jendral Besar Soeharto di tahun 1997 silam, semua orang terperangah dan berdecak kagum akan keberanian Amien Rais, bahkan beberapa tokoh menyebutnya bahwa pak Amien sudah putus urat takutnya, secara fakta politik masih menunjukkan kekuasaan Soeharto yang masih kuat mencengkeram. Bahkan Emil Salim pun, ‘hanya’ berani mencalonkan diri menjadi Wakil Presiden, sesuatu yang diangap bung Kancil, sebutan lain Amien Rais,  sebagai ban serep dan ndak punya kuasa apa-apa. Roda Suksesi yang digelindingkan beliau semenjak Muktamar Muhammadiyah tahun 1995 rupanya bak bola salju yang malah panas, karena tak semua orang berani menatapnya lama-lama, takut!

Tapi tidak dengan Amien Rais, sang penggagas utama Reformasi ini. Sejarah mencatat, ketika Presiden Habibie gagal mendapatkan dukungan atas pertangungjawabannya karena salah satunya tikaman dari dalam “Golkar Brutus”, beliau kemudian meminta langsung Amien Rais untuk maju sebagai Calon Presiden, dan diaminkan oleh sejumlah tokoh, termasuk Akbar Tanjung dan Yusril Ihza Mahendra. Tapi beliau dengan santun menolak, karena ingin menjaga komitmennya dengan Gus Dur karena sebelumnya sudah mencalonkan Gus Dur sebagai Capres dari PAN, bahkan walau PKB saat itu malah menyokong Megawati.

amienBeberapa pihak malah mengatakan Amien Rais itu ambisius untuk menjadi Presiden, dengan ucapan dan koar-koarnya kadang dianggap sebagai salah satu manifestasi ambisi nya yang luar biasa dan bahkan menjulukinya sebagai Amien Rakus. Kasihan, saya malah melihatnya sebgagai wujud kejujuran dan keberanian beliau untuk bersuara. Untuk menjadi Presiden memang keinginan beliau, demi untuk meninggikan martabat, menutup lobang kebohongan, menambal celah kemunafikan namun beliau tetap santun dan sangat akademis, walau teramat kritis sebagai orang Jawa.

Pemilihan Presiden 2004 kemaren saya urung memakai hak pilih saya di Putaran Kedua, karena beliau Amien Rais ndak masuk, sesuatu yang buat saya menyedihkan. Sayang sekali rakyat Indonesia memilih pemimpin hanya berdasarkan kharisma dan sindrom “korban” saja….sayang sekali….

Tak tahu, di generasi nanti apakah sosok Amien Rais bisa mengejawantah dan memimpin bangsa dengan tegas, keras tapi berkarakter kuat membagun bangsa.

Wallahu ‘alam bishshawab.

(Gambar diatas diambil dari Situs www.suaramerdeka.com) (more…)

Read Full Post »

Kemaren, iseng-iseng mencari situs Tribun Kaltim yang memuat tulisan opini saya ttg peringatan Hari Palang Merah Sedunia yang dimuat secara berseri tgl 10-11 Mei 2007 di harian lokal itu dan juga saya muat di blog ini (Henry Dunant dan Sensitifitas Kita), saya malah menemukan situs lain yang juga memuatnya, Kabar Indonesia, sebuah situs reportase warga (citizen journalism) yang dikelola dari Belanda.

Di situs itu, tulisannya diberi Tajuk: Renungan Peringatan Hari Palang Merah/Bulan Sabit Merah Internasional ke-144, 8 Mei 2007. Awalnya sih bangga karena mungkin akan men share opini saya itu ke khalayak pembacanya, tapi demi melihat bahwa tulisan ini diakui sebagai tulisan Bambang Eko Nugrahanto, serta merta saya kaget plus tersinggung. Perasaan saya, gak pernah tuh menyamarkan nama saya sebagai nama begitu, kalo emang saya mau ganti nama mesti ngadain kenduri pake 2 kambing jantan bulu item tuh. Tapi ini sama sekali ndak pernah euy.

So, demi mengamati bahwa isi tulisan saya itu 99% di copy paste tanpa konfirmasi apalagi mencantumkan sumber jiplakan, saya menyimpulkan bahwa telah terjadi tindakan pelanggaran hak cipta atas tulisan saya di blog. PLAGIAT! Sesuatu yang menjadi barang haram bagi para penulis dan kreator lainnya. Apalagi saat saya menelusuri peraturan 10 Dasa Titah Bagi Penulis untuk menjadi penulis Kabar Indonesia, disitu jelas disebutin kalo Para penulis tidak boleh melakukan tindakan plagiat. Bahwa semua penulis diharuskan untuk memastikan bahwa tulisan yang dikirim bukannya Plagiarisme dan juga tidak melanggar Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku di Indonesia maupun Internasional.

Sehubungan dengan saudara yg bernama Bambang Eko Nugrahanto ini, saya coba telusuri profilnya dengan bantuan Om Google, ruapanya oleh Kabar Indonesia pernah dianugerahi gelar sebagai Pemenang ke-2 Lomba Menulis Profil dengan tulisan Aluna Sagita Gutawa. Kasus ini juga menjadi topik diskusi di Blogfam, Oleh seorang teman di blogfam, rupanya tulisan ini juga hasil JIPLAKAN dari situs Sony BMG dgn tajuk Gita Gutawa. Masya Allah, apa si Bambang ini pernah sekolah apa ya? Apa pernah diajarin tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual ya? Kok senang nya menjiplak ya?

Beberapa rekan di Blogger Family, Milis Blogger Makassar, milis Panyingkul, dan yang lain telah melayangkan protes ke Kabar Indonesia dengan mengisi komentar atas tulisan hasil Jiplakan itu. Namun kelihatannya, moderator Kabar Indonesia mulai mem-blok komentar yang masuk. But anyway, thanks teman utk supportnya! Keep writing!

Read Full Post »

1. Tulisan ini dimuat juga di Rubrik Opini, Surat Kabar lokal Tribun Kaltim tanggal 10 dan 11 Mei 2007.
2. Tulisan ini Dijiplak Dengan Semena-mena Tanpa Konfirmasi dan malah mencantumkan Sdr Bambang Eko Nugrahanto sebagai penulisnya di Kabar Indonesia.
==================================================
Henry Dunant memorial in Heiden, Switzerland.Tak seorang pun yang lebih berhak atas penghargaan Nobel Perdamaian pertama ini, selain Henry Dunant, yang selama 40 tahun mempelopori organisasi kemanusiaan dalam meringankan penderitaan para prajurit yang terluka di medan perang. Tanpanya, Palang Merah mungkin tak akan pernah berdiri. (ICRC, atas penghargaan Nobel Perdamaian 1901). Foto disamping: Tugu Henry Dunant di Heiden Switzerland, source; Wikipedia)

Kenangan dari Solferino
Sesungguhnya tak ada manusia yang rela bergelut dengan kepedihan, berkawan dengan rintihan, intim dengan luka perih, akrab dengan keluhan. Namun Jean Henry Dunant (1828-1910), tak hanya berusaha mengakrabkan diri dengan kepedihan ini, namun juga mengabdikan hidupnya demi kemanusiaan dan mempelopori berdirinya organisasi kemanusiaan di tengah bencana perang. Demi menyaksikan akibat perang di Solferino thn 1862, yang mana sekitar 40,000 pemuda menjadi korban keganasan Perang antara Prancis-Italia melawan Austria, pemuda pengusaha kaya ini sensitifitasnya tergerak untuk memberikan pertolongan medis kepada tentara-tentara naas itu. Dengan meneriakkan slogan “Tutti fratelli” (All are brothers/semua bersaudara) ia mengajak penduduk setempat, terutama para wanita untuk turut membantu meringankan penderitaan tentara-tentara itu. Dari pengalaman menyedihkannya di Solferino itu, Dunant kemudian menulis buku mengisahkan bencana kemanusiaan akibat perang itu dalam bukunya “Un Souvenir de Solferino” (A Memory of Solferino) yang kemudian menggemparkan Eropa yang sedang dilanda perang berkepanjangan. Dalam bukunya, Henry Dunant juga mengajukan dua gagasan; Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional, yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang. Kedua, memaklumatkan konvensi internasional bagi perlindungan prajurit yang cedera di medan perang, sukarelawan dan organisasi kemanusiaan yang memberikan pertolongan pada saat perang tanpa memandang keberpihakan pada pihak yang berperang.

Palang Merah Internasional
Henri Dunant, around 1860.Berdasarkan pada keyakinan akan kebenaran gagasannya yang kuat untuk mengubah perang menjadi kedamaian, ia meninggalkan perniagaannya yang sukses untuk menggagas pembentukan organisasi kemanusiaan yang kemudian dikenal sebagai International Commitee of the Red Cross (ICRC) atau Organisasi Palang Merah Internasional pada tahun 1863.

ICRC kemudian dikenal secara sebagai lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, dan penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau konvensi-konvensi Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan bantuan kepada korban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun kekacauan dalam negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk korban perang, ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap Hukum Perikemanusiaan internasional. (more…)

Read Full Post »

Older Posts »