Feeds:
Posts
Comments

Archive for November, 2008

22112008109.jpg

Pesta Blogger 2008

kemaren adalah ‘pesta’ pertama yang saya ikuti. Pesta tahun lalu saya gak bisa hadir berhubung keterbatasan geografis (dan finansial), karena waktu itu masih menetap di Balikpapan. Nah, tahun ini saya punya kesempatan dan waktu untuk menghadiri pesta ke-dua ini yang dilaksanakan di Auditorium BPPT Sudirman.

 

Setelah janjian dan saling nunggu dgn rekan2 dari Komunitas Blogger Makassar AngingMammiri di Sarinah Thamrin, n sempat nyarap dulu di salah satu fast food sono. Kami kemudian japruts (baca; jalan kaki) menuju BPPT; Rara, pak RT, Anto, Teeza, Chaliq, Fadhlan(?), pak Khalid Mustafa, adeknya pak Khalid, Irwinday. Bapak Kepala Genk: Hasanuddint rupanya sudah berada di TKP, dan estimasi kami meleset, kami yang lebih telat.

Tiba di TKP, rupanya sudah ramai orang2 pada antri untuk ngedaftar. Di pintu nya sudah banyak blogger2 yang nampang, foto2, atau nyebar quesioner buat doorprize.Saya gak perlu daftar lagi, soale termasuk perwakilan dari AngingMammiri yang kebetulan dapat green card lima blogger untuk jadi wakil resmi. Di pintu masuk ketemu blogger2 terkenal; Enda Nasution, Budi Putra, dan Daeng Battala. Di situ juga kemudian bergabung Bapak Kepala Genk, Hasanuddin yang ikhlas menunggu dan membagikan goddie bag gretongan kami, ada juga Mamie dan temennya, ada Daeng Marowa, Daeng Sukri, Daeng Ngitung. Sempat anak-anak AM-ers ini bernarsis ria dengan para seleblog he2.

with-enda-dan-arul.JPG

mamie, saya, enda, amriltg, eko, arul

Di pintu masuk saya juga sempet ketemu Andrian, yang tempo hari menyelenggarakan IBC2007 (Inspired Blog Competition), kebetulan beberapa tulisan saya lolos di ajang itu. Rencananya kumpulan postingan yang katanya menginspirasi itu akan diterbitkan dalam bentuk buku, dan kebetulan tulisan saya yang bertajuk “Menulislah dan Anda Abadi” ditaruh sebagai halaman pembuka, pengantar buku itu. Nah, saya sempat menanyakan status penerbitan buku itu yang dijawab Ardian bahwa buku nya terkendala soal penerbit. Belum ada penerbit yang cocok untuk dijadikan kendaraan. Saya bilang, bukannya sekarang banyak tuh penerbit yang gampang menerbitkan buku semacam Grasindo dan lainnya, sebagaimana yang AM lakukan sebelumnya, Apalagi jenis buku nya lumayan bagus: Inspired Blog! Tapi anyway, saya sempet diberikan e-book atau draft buku tersebut. Bangganya!Setelah merasa capai di pintu masuk, kami kemudian memutuskan masuk saja ke hall nya. Anak-anak AM-ers memilih untuk menempati balkon yang memang tidak begitu penuh. Sorak-sorai temen2 AM-er kelihatannya paling gemuruh, manakala MC (Panji) atau ketua panitia Ndorokakung menyebut komunitas AM atau ketika mengundang wakil AM menjadi panelis diskusi: Daeng Battala. Ha2, dasar udik…hehe, udik tapi keren boss…

 

22112008110.jpg

Sebenarnya jalannya acara awal di hall terkesan garing, kurang greget dan membosankan. Banyak peserta yang kemudian tidak begitu fokus mengarahkan perhatiannya ke panggung yang notabene diisi oleh orang2 yang berkompeten di bidangnya. Tapi karena flow dan diskusi dikemas kurang menarik ya jadinya bikin peserta terkesan bosen. Tapi ada juga acara yang cukup meriah dan menarik atensi semua peserta pesta, yakni penganugerahan penghargaan komunitas. Most Promising (atau Promoting?) Community jatuh ke Bali Blogger Community yang waktu itu perwakilannya hanya tiga orang. Di bidang lain ada penganugerahan Blogging for Society Award yang jatuh ke Komunitas Blogger Yogya: Cah Andong. Hadiahnya berupa uang pembinaan 10 juta rupiah dari Oxfam, piagam, seperangkat komputer dari HP.

(more…)

Read Full Post »


foto-rusle-irma.jpg

 

 

Kita seperti dua tukang batu yang sedang asik bekerja. Aku sibuk memoles batu gunung di pondasi rumah kita, dirimu mengayak pasir kerikil dan dicampurkan dengan semen beton. Aku sedang menganyam tulangan pengikat pada balok yang dibentang pada pondasi, dirimu mengayunkan satu dua sekop beton curah pada lantai persegi. Kita sungguh sangat sibuknya. Di kepala kita, ada gambar bangunan nan indah disana.

Rumah yang sedang kita bangun tentu masih jauh dari sempurna. Hari ini baru pondasi saja, itupun masih aku harus selesaikan disana sini. Dirimu masih belum selesai mengguyur beton curah ke seluruh muka rumah. Dan kita masih terus asik bekerja. Belum ada dinding, pintu, tangga, apalagi atap. Baru setinggi mata kaki saja. Di kepala kita, ada gambar bangunan nan ceria disana.

Di halaman yang tak begitu luas, baru tertanam dua pohon mangga. Pohon yang masih kecil, belum bisa menghasilkan buah. Mangga, buah itu, dirimu tahu sungguh aku selalu menginginkannya. Di kepala kita, ada gambar pohon nan rimbun dengan buahnya disana.

Kita seperti dua tukang batu yang sedang asik bekerja, juga bermain. Sesekali dirimu cemberut kala kugoda dengan terlalu, sekali lain aku yang merengut kala dirimu tak mau tertawa. Di kepala kita, ada gambar bangunan nan bahagia disana.

Di kepala kita, ada gambar bangunan sempurna disana. Tapi entah kapan bangunan itu terwujud. Kita masih asik bekerja.

Read Full Post »


foto-rusle-irma.jpg

 

 

Kita seperti dua tukang batu yang sedang asik bekerja. Aku sibuk memoles batu gunung di pondasi rumah kita, dirimu mengayak pasir kerikil dan dicampurkan dengan semen beton. Aku sedang menganyam tulangan pengikat pada balok yang dibentang pada pondasi, dirimu mengayunkan satu dua sekop beton curah pada lantai persegi. Kita sungguh sangat sibuknya. Di kepala kita, ada gambar bangunan nan indah disana.

Rumah yang sedang kita bangun tentu masih jauh dari sempurna. Hari ini baru pondasi saja, itupun masih aku harus selesaikan disana sini. Dirimu masih belum selesai mengguyur beton curah ke seluruh muka rumah. Dan kita masih terus asik bekerja. Belum ada dinding, pintu, tangga, apalagi atap. Baru setinggi mata kaki saja. Di kepala kita, ada gambar bangunan nan ceria disana.

Di halaman yang tak begitu luas, baru tertanam dua pohon mangga. Pohon yang masih kecil, belum bisa menghasilkan buah. Mangga, buah itu, dirimu tahu sungguh aku selalu menginginkannya. Di kepala kita, ada gambar pohon nan rimbun dengan buahnya disana.

Kita seperti dua tukang batu yang sedang asik bekerja, juga bermain. Sesekali dirimu cemberut kala kugoda dengan terlalu, sekali lain aku yang merengut kala dirimu tak mau tertawa. Di kepala kita, ada gambar bangunan nan bahagia disana.

Di kepala kita, ada gambar bangunan sempurna disana. Tapi entah kapan bangunan itu terwujud. Kita masih asik bekerja.

Read Full Post »

 

halimun-di-utara-jakarta.JPG

Cisarua, 15 November 2008, 90 kilometer di Selatan Jakarta. Seharusnya hangat mentari yang datang menghantar pagi itu saat jarum waktu mengarah ke angka delapan, namun sepertinya alam sedang malas menampakkan lekuk tubuhnya. Titik-titik air serupa asap bergerombol membentuk halimun, ketika matahari kembali bersembunyi di balik rimbunan awan berwarna suram. Halimun seperti tempias dari atas langit dan perlahan beranjak turun menyelimuti perbukitan kemudian melingkupi jarak pandang sejauh belasan kilometer saja. Ribuan hektar perkebunan teh yang dikuasai pemerintah melalaui PTPN XI itu kemudian menjadi samar diantara titik-titik air ketika pagi itu rombongan kami ber-tujuh baru mulai menjejak langkah menyisir bukit-bukit berselimut hijau dedaunan teh (tea-walking) di Telagawarna, di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut.

 

menapak-jalan-teh.JPG

Rimbunan bukit-bukit setinggi puluhan meter itu seperti dilukis dengan komposisi warna homogen dengan gradasi hijau dari muda ke tua, dan garis-garis lembut yang rapi tertata diantara petak-petak teh yang vertikal dari puncak ke lereng dibawahnya. Perdu-perdu teh itu hanya setinggi lutut orang dewasa dengan dahan yang seperti membekap satu sama lain, menampakkan pucuk-pucuk dedaun hijau mudanya yang siap dipetik. Dihamparan lain, tampak berselang seling bebarisan pohon teh kecoklatan yang telah meranggas habis dipanen, sementara barisan lain berisi tetumbuhan muda yang masih miskin daun menampakkan jelas ujung batangnya yang basah oleh tanah coklat. Satu-dua petani pemetik teh bercaping tampak samar diantara rimbunan hijau bukit-bukit teh itu.

 

kampung-ciliwung-telagasaat.JPG

Bebukitan teh menghijau itu dibelah oleh jalan berbatu selebar lima meter, yang sepagi itu sudah dihilir mudiki oleh satu dua truk-truk besar pengangkut dedaunan teh. Beberapa tiang beton tergeletak begitu saja di sisi jalan, diantaranya terkelupas menampakkan tulangan yang berkarat. Sepertinya tiang-tiang itu adalah sepah rencana pembangunan jalur listrik yang tak jadi dipakai.

(more…)

Read Full Post »


amrozidalam.jpg

 

 

Tak bosan-bosannya media menyiarkan jalannya proses pelaksanaan eksekusi mati tiga pengebom pertama Bali; Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudera. Ruang tontonan, ruang baca, dan ruang dengar kita nyaris tidak pernah melewatkan satu jam pun tanpa berita ini. Tiga bomber Bali ini tiba-tiba menjadi makin populer selama dua minggu terakhir, mengimbangi berita kampanye dan pemilihan presiden USA yang baru lalu. Bahkan menenggelamkan berita pilkada di sejumlah daerah.

Hebohnya, banyak pihak ikut-ikutan menambah suasana dengan menghadirkan ragam polemik di seputar eksekusi ini; soal cara eksekusi, soal wasiat, soal Peninjauan Kembali, sampai soal website yang menyerukan pembunuhan SBY.Semua orang seperti kelimpungan dengan soal eksekusi ini, siaran langsung dari beberapa lokasi ikut membetot perhatian kita seakan2 begitu pentingnya persoalan ini; Cilacap, Nusakambangan, Serang, Kuta Bali, hingga ke kediaman keluarga Amrozi dan Mukhlas di Tenggulun Solukoro, Lamongan, Jawa Timur. Prosesi pemakaman juga sudah disiapkan sedemikan rupa, termasuk prosedur evakuasi kenazah hingga lokasi pemakaman. Keluarga terpidana asal Serang, Imam Samudra sudah jauh-jauh hari menyiapkan tempat jenazah disholatkan. Masjid Al-Manar, yang berjarak 500 meter dari rumah keluarga Imam Smaudra, tempat dulu Imam Samudera kecil menimba ilmu mengaji, akan menjadi tempat jenazah di sholatkan.

Yang terjadi kemudian muncul ketidaknyamanan publik akan peristiwa ini. Keluarga Amrozi dan Mukhlas di Lamongan menjadi sangat terganggu dengan kehadiran para wartawan yang hendak meliput suasana di kediaman keluarga terpidana bersaudara ini pra dan paska eksekusi. Pantai Kuta di Bali menjadi lebih sepi dari biasanya karena dikhawatirkan ada efek balasan dari para pengikut bomber itu sekiranya eksekusi dilaksanakan, apalagi sudah beredar surat wasiat ketiganya yang salah satu isinya menyerukan pembunuhan terhadap beberapa pejabat RI termasuk presiden SBY, JK, Menhukam, Jaksa Agung dsb. Yang lebih aneh, jalur komunikasi seluler di Nusakambangan di non-aktifkan secara total sejak hari ini. Nusakambangan pun terisolir dari dunia luar. Petugas bahkan melakukan razia ekstra yakni mengamankan semua telepon seluler di pulau tersebut.

Suka tidak suka, ruang publik sudah terkooptasi oleh berita ini. Tridente pembom Bali ini kini menjadi komoditas berita laiknya selebritas di infotainment. Kita, kini terpaksa ikutan menunggu kapan eksekusi itu dilaksanakan, dan malah kalau hal buruk terjadi, mungkin masih akan disuguhi berita hangat lain paska eksekusi ini yang mudah-mudahan tidak terjadi, efek pembalasan dari kroni Amrozi cs.

Ah, saya sih tidak merasa begitu penting untuk diganggu oleh berita ini. Saya ikut menikmati sambil berdoa semoga mereka diterima dengan baik oleh Sang Maha Pemilik Jiwa, entah meninggalnya karena eksekusi, atau meninggal melalui proses alamiah sebagaimana keluarga mereka inginkan. Kita lihat saja nanti!

Foto di copy paste dari detik.com

Read Full Post »


small_obama_image.jpg

 

 

Hari ini, pemilu di Amerika Serikat akan menentukan siapa bakal pemimpin negara dengan tingkat dominasi terkuat di dunia. Apakah the first afro-america, Barack Hussein Obama (47thn) atau the oldest president candidate John McCain III (72thn). Kedua-duanya akan menjadi yang pertama di segmen tertentu. Obama (bila terpilih) akan menjadi presiden kulit hitam pertama, sedang McCain (mungkin) akan menjadi presiden tertua. Obama, wakil demokrat yang mengalahkan mantan first lady Hillary Clinton, jelas merupakan representasi perubahan besar yang sedang bergerak dan berderak di Amerika menyusul kegagalan GW Bush membawa Amerika (dan dunia) ke arah yang lebih baik; ekonomi yang goncang di akhir kepemimpinannya, unilateral policy yang menjadikannya zombie di negara berkembang, termasuk kegandrungannya akan perang yang tidak saja mengangkangi masyarakat belahan dunia lain, tapi juga PBB yang secara formal merupakan wadah kolaborasi dunia.

Hari ini, mungkin sebagian besar perhatian masyarakat dunia sedang membelalak ke negeri Paman Sam di utara sana. Melalui media massa atau media maya, mereka sedang menunggu hasil dengan harap-harap cemas. Lupakan persoalan nasional, lokal, bahkan rumah tangga. Ada yang sedang membetot semua pusaran gravitasi kita, termasuk Indonesia. Bahkan jauh sebelum pemilihan, untuk mentralisir euforia Obama di Indonesia, yang pernah menjadi tempat bermain masa kecilnya selama 4 tahun, pemerintah Indonesia buru-buru mengeluarkan pernyataan “Siapapun presiden terpilih AS, pemerintah Indonesia siap bekerja sama”. Meski saya yakin, dibalik pernyataan itu ada doa semoga si anak Menteng itu yang terpilih.

Apa pengaruhnya buat Indonesia? Kita sedang mengkhawatirkan soal warna saat ini, juga seluruh penduduk dunia. Bukan soal warna secara fisik, tapi warna ekonomi-politik yang akan menggauli dunia internasional. Warna Amerika, suka atau tidak suka, adalah warna mini dunia. Jembatannya adalah sesuatu yang bernama hegemoni atau dominasi. Gross National Product (Product Domestic Bruto) Amerika saat ini mencapai US$ 10 Trilyun, atau sepertiga dari total GNP dunia yang mencapai US$ 30 Trilyun. Sektor jasa keuangan mungkin mendominasi nilai ini, dibanding sektor riil. Namun ini hanya semacam fakta betapa berpengaruhnya ekonomi Amerika Serikat terhadap negara lain. Jauh sebelum itu Fukuyama sudah memprediksi soal dominasi ekonomi ini. Fukuyama pernah memprediksi bahwa pasca-Perang Dunia II, “Amerika akan menguasai perdaban dunia. Peradaban akan berakhir dan Amerika akan menjadi raja”. Bagaimanapun itu, sejarah yang nanti akan membuktikan apakah tesis Fukuyama ini benar.

(more…)

Read Full Post »

rush.jpgSudah lebih dari sebulan ini saya punya tunggangan baru, Alhamdulilah. Berbekal mecahin celengan yang dikumpulin pas di Balikpapan, ditambah seiprit pesangon dari tempat kerja lama, plus segepok pinjaman lunak dari brother, saya akhirnya bisa memiliki tunggangan ini. Kenapa milih jenis tunggangan ini? Simpel aja, nama tunggangannya mirip dengan nama depan saya: Rus. Cuman ditambahin satu huruf saja (h) dan jadinya seperti memanggil nama saya dengan mendesah…he3.

Belinya di Auto2000 Cibinong, juga alasannya karena dekat dari rumah plus sudah ada ‘koneksi’ yang terjalin sebelumnya, selain karena salesnya yang cuakep itu (ini sebenarnya alasan utama). Service after sales? Hmm, ada. Tiap 1000km, 10,000km, dan kelipatannya.

Tunggangan ini model transmisinya user-friendly. Tangan kiri dan kaki kiri gak begitu perlu digunakan, secara pedal kopling nya gak ada dan stik transmisinya sederhana saja. So, sangat user-friendly, senafas dengan tujuan saya yang gak mau disusahin. Maklum type nya sendiri katanya Automatic Transmission. Rush S A/T. Mahdi pun sangat menyenangi tunggangan ini, yang selalu ia sebut sebagai “mobil Mahdi”.

So far, tunggangan ini baru saya geber untuk jurusan Bumi Sentosa – Bojonggede – Gunung Putri – Bogor saja atawa hanya jarak dekat. Selebihnya, kalau ke kantor di Tanjung Barat Simatupang Jakarta, saya masih memanfaatkan jasa kawan yang lebih expert, demi alasan keamanan (alias paranoid ama traffic Jakarta). Mudah2an seiring berjalannya waktu, saya bisa menungganginya sendiri. Amin.

Read Full Post »

ical97.jpgSetiap kali saya kehilangan seorang kawan yang pergi terlebih dahulu, saya selalu berusaha menuliskannya. Terutama karena saya ingin mengabadikan kenangan tentangnya melalui tulisan, apalagi kalau ia mati muda. Mati muda tentu bukan pilihan, dan bukan juga sesuatu yang harus disesali, karena ia adalah domain Sang Maha Penentu. Namun saya mencoba mengiringi kepergian para sahabat, keluarga dekat dan orang-orang yang patut dicintai itu dengan mengenang-ngenang hal yang indah tentangnya.

Semoga dengan begitu, Allah Sang Maha Penentu berkenan menghapuskan dosa-dosanya, dan melipatgandakan pahala kebaikan-kebaikannya. Dan dengan tulisan, saya berharap, saya masih akan mengenang nya hingga waktu menjadi abai, dan saya melebur bersama kenangan itu di hadapanNya.

Saya ingat, dan hanya itu yang melekat dalam kepala saya ketika pertama kali bersua, kawan saya ini datang dengan senyum. Ketika itu pertengahan 1997, dia muncul di pintu kost saya di Gerlong Girang Bandung, mencari adik saya, teman seangkatannya di SMAN 1 Makassar. Ya, kawan ini datang dengan sopannya, tersenyum dan ramah menyapa. Juga matanya yang mungkin tersenyum juga. Kalau tersenyum matanya menjadi sipit, rambutnya yang lurus kemudian seperti melambai di depan mata yang sipit itu. Dan saya yakin, senyum yang dikemas bersama mata yang sipit tentu senyum yang polos, mengajak bersahabat dengan tulus. Dia datang dengan senyum, dan senyum itu tentu punya banyak cerita. Cerita yang jalin menjalin mengantar hidupnya dari Makassar hingga ke Bandung yang, kalau bisa dibilang, begitu singkat.

Faisal Riza, nama kawan saya itu. Usianya tiga angkatan di bawah saya, waktu itu baru saja terdaftar sebagai mahasiswa baru jurusan Astronomi ITB. Tak banyak yang bisa ‘tembus’ perguruan tinggi teknik terbaik di Indonesia itu, terutama dari daerah timur semisal Makassar. Paling banyak hanya sepuluh diantara seribu mahasiswa baru. Dan dia bisa. Kami pun mencatatnya ke dalam daftar pendek mahasiswa ITB asal Makassar, yang memang cuman segelintir itu. Juga para alumni SMAN 1 Makassar, ikut bangga tentu.

Satu pencapaian luar biasa buat kawan ini dan kebanggaan buat kami, adalah Ical atau Paccala begitu panggilannya – sempat menjadi ketua Himpunan Astronomi (1999). Aktifitasnya ini sempat menjadi bahan guyonan saya,” Ah, kamu ini bisa terpilih jadi KaHimp kan karena di jurusanmu orang nya dikit. Setiap angkatan cuman 15 orang, itupun banyak ceweknya”. Ichal hanya tersenyum saja membalas candaan saya. Belakangan dia membuktikan, bahwa kapasitasnya sebagai pemimpin jauh melebihi sangkaan saya. Dari situs-situs yang saya telusuri, dan informasi di milis, Ichal sangat aktif di PSIK ITB, think tank mahasiswa ITB. Ichal juga sempat menjadi sutradara Film documenter “Atjech Humanitarian”. Luar biasa, dan saya menjadi cemburu tentu saja!

(more…)

Read Full Post »